Banjir Kepung Aceh

* 1.760 KK Warga Tripa Makmur Terkurung 
* Dinsos Aceh Salur Bantuan


BANDA ACEH - Setidaknya enam kabupaten di Aceh hingga tadi malam dikepung banjir dengan tingkatan ringan, sedang, dan berat. Aktivitas masyarakat terganggu akibat rusaknya infrastruktur jalan dan jembatan. Lahan pertanian/perkebunan terendam. Di beberapa daerah banjir juga berdampak pada kacaunya pelaksanaan ujian nasional (UN) tingkat SD/MI.

Wartawan Serambi dari berbagai daerah melaporkan, desa-desa yang dikepung banjir berada di Kabupaten Bireuen, Abdya, Nagan Raya, Pidie Jaya, Pidie, dan Aceh Tengah. Khusus Aceh Tengah dilaporkan lebih parah karena terjangan air bah (banjir bandang).

Di Kabupaten Bireuen, 20 hektare tanaman padi siap panen di sejumlah desa di Kecamatan Simpang Mamplam terendam akibat banjir pasca-hujan deras sejak Minggu malam sampai Senin (6/5) siang. Selain Simpang Mamplam, sejumlah desa di Peudada dan Jeumpa juga terendam. Lintas Bireuen-Takengon, tepatnya kawasan Cot Panglima longsor di beberapa titik.

Hingga sore kemarin petugas dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bireuen terus mendata kerusakan akibat banjir di Kecamatan Simpang Mamplam, Peudada, dan Jeumpa. “Kita masih mendata. Beberapa desa di Samalanga juga terendam. Bila ada pengungsi, kita segera kirim bantuan,” kata Kadissosnakertrans Bireuen, Akmal SSos MA, siang kemarin.

Di Kabupaten Abdya, hujan deras yang mengguyur sepanjang Minggu (5/5) mengakibatkan puluhan desa dalam empat kecamatan terendam. Puluhan kepala keluarga dari Kecamatan Babahrot dilaporkan terpaksa mengungsi ke masjid.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Abdya, Jusbar mengatakan, ribuan rumah dalam empat kecamatan, yaitu Kecamatan Susoh, Kecamatan Blangpidie, Kecamatan Setia, dan Kecamatan Babahrot terendam. Sepanjang 30 meter badan jalan negara di kawasan persimpangan Terangon, Desa Ie Mirah rusak.

Hanyut dan ambruk
Masih dari Abdya dilaporkan, arus transportasi barang dan jasa di sejumlah titik terputus setelah rakit penyeberangan hanyut dan jembatan ambruk akibat banjir yang menerjang daerah itu, Senin (6/5) dini hari.

Sementara badan jalan lingkar di kompleks perkantoran Pemkab Abdya ambruk lagi di dua lokasi terpisah.Rakit penyeberangan yang hanyut berlokasi di Krueng Teukuh menghubungkan Drien Leukit dengan Desa Gampong Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee. “Rakit putus tali kabel, lalu diseret luapan sungai pada Senin tengah malam (dini hari),” lapor Hasbi, seorang petani sawit di Kuala Batee.

Jembatan yang ada di lintasan Desa Alue Dama menuju Kuta Meurandeh, Kecamatan Setia juga ambruk diterjang banjir. “Jembatan tersebut tidak bisa dilintasi kendaraan roda empat, kecuali sepmor secara hati-hati,” kata Kepala BPBK dan PK Abdya. Badan jalan aspal di kompleks perkantoran Pemkab Abdya lakasi Desa Keude Paya dan Mata Ie, Kecamatan Blangpidie juga amblas di dua titik.

Sebanyak 69 peserta UN 2013 tingkat SD/MI dari SDN Cot Manee dan MIN Alue Sungai Pinang, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Abdya yang seharusnya mengikuti UN di SD Cot Manee, Senin (6/5), dipindah ke SDN Ladang Neubok. Pasalnya, seluruh ruangan SDN Cot Manee ditimbun lumpur yang diseret banjir besar, Senin dini hari.

Sementara sebagian peserta UN di SDN Ikhu Lhueng, juga dipindah untuk mengikuti UN di ruangan kantor kepala SD setempat, setelah sebagian ruangan kelas terendam banjir. 

Di Kabupaten Nagan Raya, ribuan rumah di enam kecamatan meliputi Kecamatan Tripa Makmur, Tadu Raya, Kuala Pesisir, Kuala, dan Seunagan Timur, sepanjang Senin (6/5) hingga tadi malam terendam banjir dengan ketinggian berkisar antara 50 cm hingga 1 meter.

Kawasan paling parah diterjang banjir luapan adalah Kecamatan Tripa Makmur dengan jumlah penduduk yang masih terkurung mencapai 1.760 kepala keluarga (KK). Gelombang pengungsian tak terbendung.

Di Kecamatan Kuala Pesisir, BPBD Nagan Raya tadi malam membuka posko di kawasan Desa Langkak guna mengantisipasi kemungkinan terburuk yang disebabkan meluapnya sungai/Krueng Nagan yang terkenal ganas. “Ini musibah banjir terbesar memasuki pertengahan tahun 2013,” kata Kepala Pelaksana BPBD Nagan Raya, Ir H Ardi Martha.

Banjir di Kabupaten Nagan Raya juga menyebabkan beberapa titik badan jalan di Beutong Ateuh Banggalang longsor. Badan jalan antardesa yang putus antara lain di kawasan Desa Meurandeh Suak. 

Di Kecamatan Beutong, luapan Krueng Nagan juga menyebabkan sepanjang 100 meter areal persawahan amblas ke sungai. Sedangkan di kawasan pedalaman Gunong Kong, Kecamatan Darul Makmur, sebuah jembatan patah menyebabkan terganggunya transportasi.

Banjir di Nagan Raya juga mengganggu proses UN SD/MI di Kecamatan Tripa Makmur dan Tadu Raya karena lokasi sekolah terendam. “Lokasi UN dipindah ke lokasi aman untuk maksimalnya pelaksanaan ujian,” kata Kabag Humas Setdakab Nagan Raya, Asda Kesuma.

Sekolah yang dipindahkan lokasi ujian meliputi SD Lueng Keubeu Jagat, Kecamatan Tripa Makmur ke SMPN Tripa Makmur, SDN Alue Bata dipindahkan ke SMP 7 Alue Bata, dan SD Kuala Tuha dipindahkan ke lantai II sekolah yang sama.

Kadis Sosial Aceh melalui Kabid Banjamsos, Burhanuddin Usman kepada Serambi menginformasikan, pada Senin sore, 6 Mei 2013 pihaknya memobilisasi bantuan ke zona bencana banjir di Kabupaten Nagan Raya, Abdya, dan Pidie Jaya. 

Bantuan masa panik yang disalurkan meliputi mi instan 250 duz, beras 2.000 kg, minyak goreng 200 kg, sarden 50 duz, kid ware 50 paket, food ware 50 paket, family kit 50 paket, baju kaos 200 lembar, daster 200 lembar, dan kecap 25 duz.(yus/c38/az/nun/edi/nas)

BMKG: Gelombang dan Curah Hujan Tinggi

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh memprakirakan dalam seminggu ke depan potensi gelombang laut di Aceh tinggi, mencapai 2,5 sampai 5 meter. Seiring dengan memanasnya suhu muka laut, maka dalam periode yang sama banyak terbentuk uap air, sehingga sebagian Aceh pun terpengaruh untuk hujan dengan curah sedang hingga tinggi. 

Prakiraan itu diutarakan Koordinator Analisis BKMG Aceh, Khairul Akbar menjawab Serambi per telepon, Senin (6/5), menanggapi kondisi cuaca dalam beberapa hari terakhir, ditandai dengan meningkatnya curah hujan, sehingga banyak daerah di Aceh yang dilanda banjir.

Khairul menambahkan, suhu permukaan laut di Aceh dalam sepekan ke depan berkisar antara 30-31 derajat Celsius. Ini menyebabkan banyak terbentuk uap-uap air, sehingga Aceh berpeluang diguyur hujan lagi. 

Selain itu, ia ingatkan warga Aceh perlu mewaspadai cuaca periode Mei-September karena pada kisaran bulan tersebut bersamaan dengan terjadinya musim hujan di India. 

Menurut Khairul, Indonesia umumnya dipengaruhi oleh monsun Asia dan Australia. Monsun adalah iklim yang ditandai oleh pergantian arah angin dan musim hujan atau kemarau dengan masa selang lebih kurang enam bulan, mengikuti posisi matahari pada bulan Juni dan Desember, terdapat di daerah tropis dan subtropis yang diapit oleh benua dan samudra.

Saat berlangsung monsun Asia, angin datang bersamaan dengan musim dingin di Asia sehingga musim hujan terjadi di Indonesia. Pada musim kemarau, angin dari Australia dipengaruhi adanya tekanan tinggi dari Australia dan tekanan rendah dari Asia, sehingga uap air yang terbentuk banyak.

Selain dipengaruhi dua monsun tersebut, Aceh juga dipengaruhi monsun barat daya di Asia Selatan yang berpengaruh pada suhu permukaan laut panas. Ini karena, Aceh terletak di ujung barat-utara yang berhadapan langsung dengan Lautan India dan bertetangga dengan sistem cuaca Teluk Benggala dan Bangladesh.

Musim kemarau di Aceh tidak sama dengan tempat lain, karena ada satu monsun yang tidak sama dengan wilayah lain, yaitu adanya monsun barat daya di India karena pada saat itu banyak pembentukan tekanan-tekanan rendah di Teluk Benggala dan Bangladesh. “Tekanan rendah yang terjadi di Samudera Hindia dan barat Sumatera berakibat banyaknya penumpukan awan, dan karena angin mengarah ke Aceh sehingga terjadi hujan,” tambah Khairul. 

Sementara itu, Khairul memprediksi, selama dua hari ke depan (7-8 Mei), tinggi gelombang di perairan Aceh maksimal 2,5 meter. Tapi, lima hari berikutnya (9-13 Mei) berpotensi terjadi gelombang setinggi 5 meter.

Fenomena alam itu, antara lain, disebabkan atmosfer yang mendukung pertumbuhan awan cukup kuat dan suhu permukaan laut yang panas. Ditanya tentang peluang guntur dan petir, menurut Khairul, frekuensi paling besar terjadinya pada musim hujan atau pada masa transisi (peralihan musim). Tapi karena di Aceh sekarang sedang musim kemarau, maka frekuensi petir dan guntur tidak seperti pada musim hujan atau transisi.

Sumber:"Serambinews"

Related News

No comments:

Leave a Reply