Pengorbanan Indah Sari (17), pelajar kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, luar biasa. Ia terpaksa bekerja sambilan sebagai buruh plasma perusahaan rambut palsu demi memenuhi kebutuhan keluarga.
"Saya bersekolah sambil bekerja sejak lima tahun lalu karena uang kiriman dari kakak yang bekerja di Kalimantan tidak mencukupi kebutuhan keluarga," kata Indah saat ditemui Antara di rumahnya, Desa Penusupan RT 01 RW 09, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Selasa (30/4).
Menurutnya, kakaknya bernama Tanto Purnomo (23) bekerja di sebuah bengkel di Kalimantan sejak lima tahun lalu. Tiap bulan mengirimkan uang sebesar Rp 300 ribu dan harus dipotong sebesar Rp 100 ribu untuk membayar utang ibunda mereka, Tarmini (45), kepada seseorang.
Padahal, uang sebesar itu harus mencukupi kebutuhan Tarmini bersama Indah dan adik-adiknya, Supriyani Astuti (15) dan Juliah (13) yang masih duduk di bangku kelas VII SMPN 4 Rembang, serta Sayang yang masih berusia lima tahun.
Sementara Tarmini mengalami depresi sejak kelahiran Sayang akibat kondisi ekonomi keluarga sangat terbatas karena suaminya, Warsito, sakit-sakitan hingga akhirnya meninggal dunia pada akhir 2012. Warsito yang menjadi juru kunci Petilasan Ardi Lawet ini menderita komplikasi berbagai penyakit dalam seperti paru-paru dan jantung.
"Saya harus menyiapkan makan untuk keluarga sebelum bekerja merangkai bulu mata palsu. Penghasilan saya rata-rata sebesar Rp 150 ribu per bulan, lumayan untuk menambah biaya kebutuhan rumah karena biaya sekolah gratis," kata Indah yang bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis.
Pekerjaan itu dia kerjakan di rumahnya yang terbuat dari papan dan berlantaikan tanah. Kadang kedua adiknya, Supriyani Astuti dan Juliah, turut membantu menyelesaikan pekerjaan membuat bulu mata palsu itu setelah mereka belajar.
Indah yang ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan mengambil jurusan Akuntansi, mengaku menghadapi dilema karena lokasi SMK terdekat berada di Kecamatan Bobotsari yang berjarak sekitar 25 kilometer. Dengan demikian, dia akan kesulitan mengatur waktu antara belajar dengan bekerja.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kedua adiknya harus bekerja sambil bersekolah guna memenuhi kebutuhan keluarga. "Saya ingin bersekolah lebih tinggi," katanya.
Meski sambil bekerja. Indah tidak lupa belajar tiap harinya. Hal itu terlihat dari prestasinya di sekolah. Menurut salah seorang guru Bimbingan Konseling SMPN 4 Rembang, Sri Supriyatiningsih, Indah dan adik-adiknya merupakan siswi berprestasi. Indah menempati peringkat keenam dan Juliah peringkat kelima di kelasnya, sedangkan Supriyani Astuti memiliki prestasi di bidang olahraga dan pernah mendapat beasiswa karena meraih juara II kejuaraan tenis meja tingkat kabupaten.
"Kehidupan sehari-hari keluarga ini memang memprihatinkan. Kalau masak seringnya malam hari, kadang mereka makan hanya sekali dalam sehari," katanya.
Nasib yang dialami oleh Indah menggugah simpati guru SMPN 4. Terkadang, para guru menyisikan rezekinya untuk membantu keluarga Indah.
Sementara itu, Kepala SMPN 4 Rembang Sumarmo mengatakan bahwa pihaknya berupaya mencarikan informasi SMK yang mau menampung anak-anak berprestasi namun memiliki keterbatasan ekonomi. "Ada tawaran dari salah satu SMK di Bobotsari, anak-anak bisa ditampung di asrama. Bahkan, masalah ekonomi dan pendidikan bisa ditanggung," katanya.
Sumber:"Acehtraffic"
No comments: